“Siapa dia? Apa itu orang yang
sama yang dipanggil Kakak oleh Faridha beberapa hari lalu? Sepertinya orang itu
sangat penting baginya. Ada hubungan apa Faridha dengannya? Ya Allah,, Kenapa
hatiku gelisah seperti ini” Lirih Rajatha
^^^
Faridha sudah duduk di sofa yang berada diruang tamu rumahnya
“Hallo,,, Assalamu’alaikum Kak” Sapa Faridha ramah seperti biasanya
Dan mengalirlah percakapan hangat tersebut, tapi sepertinya pembicaraan
diantara mereka mulai serius namun Faridha masih tampak begitu tenang dan
baik-baik saja, setetes air mata jatuh di pelupuk matanya namun wajahnya
tersenyum lega, mungkin itu adalah air mata kebahagiaan, Entahlah.
Tak terasa satu jam sudah
berlalu, Faridha masih asik bertelpon dengan orang tersebut, merasa terlalu lama
menunggu diluar Rajatha menyusul kedalam berniat mencari Faridha, saat sudah
berada didalam kembali Rajatha mendengar samar-samar pembicaraan Faridha dengan
orang yang tidak ia ketahui melalui telepon.
“Tidak apa-apa, aku ikhlas Kak” Kata Faridha tenang
“……………”
“Tentu, kau bisa datang kerumahku kapan saja”
“……………”
“Aku selalu menunggumu Kak, cepatlah datang dan bawa kemari semuanya”
“……………”
“Walaikumsalam” Dan Faridha pun mengakhiri pembicaraanya
“Bik Min” Panggil Faridha
Bukan Bik Min yang mendekat tetapi Rajatha
“Putra?”
“Ya Nona”
“Maaf ya tadi aku meninggalkanmu begitu saja” Kata Faridha
“Tidak apa-apa Nona, lagipula menerima telpon dari orang tersebut jauh lebih
penting kan” Jawab Rajatha dingin, entah sadar atau tidak Rajatha mengatakan
hal seperti itu pada Faridha
Faridha mengernyit heran, tidak biasanya Rajatha berbicara dingin seperti ini sebelumnya
membuat Faridha merasa tidak enak namun sesuatu di sudut hatinya menerka-nerka
ada apa dengan Rajatha.
“Kau baik-baik saja Putra?”
“Ya, ada yang anda butuhkan Nona?” Tanya Rajatha, ia berusaha berbicara dengan
normal kembali dan menekan perasaan yang seakan ingin meledak didalam dadanya,
perasaan yang membuatnya tidak nyaman sejak tadi
“Aku masih mengantuk, bisa kau antar aku ke kamarku”
“Ya, tentu saja”
Rajatha sudah ingin membantu Faridha berdiri namun dengan cepat Faridha menolak
“Kaki ku terasa pegal sekali. Emm,, Bisakah kau menggendongku saja Putra?”
Tanya Faridha namun dari nada bicaranya lebih tampak ia seperti memohon
Sedangkan Rajatha diam sejenak mencerna pertanyaan Faridha barusan, merasa
tidak ada respon apa-apa dari Rajatha, Faridha membuka suaranya lagi
“Putra?”
“I-iya Nona,, Baiklah, aku akan menggendongmu. Ayo”
Rajatha segera menggendong
Faridha di depan dadanya dan seperti kebiasaannya Faridha tanpa canggung
merangkulkan tangannya di leher Rajatha.
Sambil menaiki tangga menuju
kamar Faridha, Rajatha tersenyum menatap Faridha yang berada begitu dekat
dengannya, selalu mereka berdekatan seperti ini rasanya Rajatha tidak mau
melepaskan Faridha dari gendongannya.
Rajatha membaringkan Faridha ditempat
tidurnya, menarik selimut untuk menutupi tubuh Faridha dan menyalakan AC kamar
tersebut, setelah mengucapkan terima kasih pada Rajatha, Faridha langsung
memejamkan matanya, Rajatha pun keluar dari kamar Faridha.
Namun setelah terdengar suara
pintu tertutup Faridha kembali membuka matanya dan tersenyum dikulum, senyum yang
begitu manis bagi siapa saja yang melihatnya.
Sebenarnya tadi hanya
akal-akalan Faridha saja yang minta digendong untuk menuju kamarnya, kakinya
tidak pegal sama sekali. Ia bisa berjalan menuju kamarnya menggunakan kedua
kruknya, tapi ide itu spontan muncul begitu saja di benak Faridha, ia ingin
digendong lagi oleh pelayan special nya tersebut menuju kamarnya dan pastinya
sang pelayan selalu menuruti apa yang dia katakan.
“Ya Allah,, Kenapa sekarang aku
jadi se-agresif ini padanya, bagaimana bisa aku yang dulunya sangat pemalu dan
tidak nyaman terhadap pria asing bisa bersikap seperti ini pada Putra, apa yang
akan dipikirkan Putra tentangku nantinya,, hufhh. Tapi permintaan konyol itu
muncul begitu saja dikepalaku tadi, bahkan hari ini aku membuatkannya minuman,
hal yang belum pernah kulakukan pada pria asing manapun termasuk Kak Ardhan,,,
Hhmm,, Apa karena sekarang aku merasa sudah bebas dan tidak terikat pada
siapapun sehingga terasa lebih nyaman melakukan apa yang diinginkan hatiku saat
ini”
Bisik Faridha sambil sesekali
ia menyentuh dadanya yang masih berdebar tak menentu saat menyebut nama Putra
dan teringat kembali bagaimana rasanya berada dalam pelukan pria itu beberapa
menit lalu.
^^^
Malam harinya
Rajatha kembali berkutat dengan beberapa proposal dan document pekerjaan-nya,
sejak tadi Rajatha berusaha fokus dengan file-file yang ada didepannya namun
semakin dipaksa ia semakin tidak bisa fokus sama sekali dengan
lembaran-lembaran benda mati tersebut.
Pikirannya melayang jauh pada
seorang gadis, Fa-Ri-Dha. Nama itu selalu membayangi malam-malamnya semenjak ia
mengenal Faridha dan malam ini terasa semakin aneh.
Bahkan hari ini ia merasa tidak
tenang dan gusar sejak mendengar percakapan sepotong-sepotong antara Faridha dengan
orang yang ia tidak tahu siapa itu.
Ia ingin tahu. Sangat !
Apa yang ia ingin tahu. Semuanya !
Kenapa. Entahlah !
Apa yang dirasakannya terhadap gadis itu. Tidak tahu !
Aaarrrgghhhh,,,,
Rajatha beranjak dari meja kerjanya menuju balkon appartemennya untuk menghirup
udara malam yang semoga saja bisa membuat moodnya lebih baik dan bisa kembali
fokus bekerja, sifat ini bukanlah milik seorang Rajatha Putra Akbar yang bisa
dengan mudah kehilangan fokus bekerja hanya karena seorang gadis, ia sangat
gila kerja sama seperti papanya. Come on !!
Namun sekeras apa ia menolak
tetap saja ia tidak bisa mengkhianati hati dan perasaannya sendiri, bahwa ia
merasa terganggu melihat Faridha berbicara begitu manis pada seseorang yang ia
tidak tahu dan seseorang yang ia tidak tahu adalah seorang pria. Siapa dia?!
Rajatha ingin Faridha berbicara
manis hanya padanya, manja hanya padanya dan bergantung hanya padanya. Ya,, katakan
ia egois jika hal itu masuk dalam kategori ciri-ciri manusia egois, salahkan
saja Papanya yang juga mempunyai sifat seperti itu hingga menurun pada dirinya.
Gerimis mulai turun namun
Rajatha tidak bergerak dari tempatnya, ia seolah menunggu hujan deras yang turun.
Sedang di tempat lain, Faridha
yang belum bisa tidur malam ini karena terlalu lama tidur saat siang tadi juga
minta diantar oleh Bik Min menuju balkon rumahnya, saat merasakan tetesan
gerimis diwajahnya Faridha bersorak senang, ia ingin menikmati dinginnya rintik
hujan malam ini yang menyentuh kulit halusnya.
Rajatha dan Faridha memejamkan
mata mereka saat merasakan rintik hujan mulai membasahi tubuh mereka.
Faridha membayangkan Rajatha menari bersamanya di bawah rintik hujan dan
begitupun sebaliknya Rajatha juga membayangkan dirinya menari bersama Faridha dibawah rintik hujan malam ini.
*Music
Play*
Mohabbat Barsa Dena Tu Sawan Aaya Hai
(kau hujani aku dengan cinta saat musim hujan tiba)
Tere Aur Mere Milne Ka Mausam Aaya Hai
(musim pertemuan kau dan aku telah tiba)
Rajatha mengelus lembut pipi Faridha yang
nampak bersemu di depannya, mereka tersenyum bersama
Sabse Chhupake Tujhe Seene Se Lagaana Hai
(ingin kusembunyikan dirimu dari semua orang dan kudekap kau di dadaku)
Pyaar Mein Tere Hadh Se Guzar Jaana Hai
(ingin kulanggar semua batasan dalam buaian cintamu)
Itna Pyaar Kisi Pe Pehli Baar Aaya Hai
(untuk kali pertamanya aku merasa begitu mencintai seseorang)
Faridha menyembunyikan wajahnya kedalam
pelukan Rajatha yang dibalas Rajatha dengan pelukan yang sama eratnya, perlahan
mereka mulai mengikuti alunan music yang begitu romantis
Mohabbat Barsa Dena Tu Sawan Aaya Hai
(kau hujani aku dengan cinta saat musim hujan tiba)
Tere Aur Mere Milne Ka Mausam Aaya Hai
(musim pertemuan kau dan aku telah tiba)
Kyun Ek Pal Ki Bhi Judaai Sahi Jaaye Na
(mengapa tak dapat kumenanggung perpisahan ini walau sekejap saja)
Kyun Har Subah Tu Meri Saanson Mein Samaaye Na
(mengapa tidak saja kau bersemayam dalam napasku setiap pagi)
Aaja Na Tu Mere Paas, Doonga Itna Pyaar Main
(datanglah kau mendekat padaku, akan kuberikan begitu banyak cinta)
Kitni Raat Guzaari Hai Tere Intezar Mein
(betapa banyak malam kulalui dalam penantian dirimu)
Kaise Bataaoon Jazbaat Yeh Mere
(bagaimana harus kuberitahu padamu tentang perasaanku ini)
Maine Khud Se Bhi Zyada Tujhe Chaaha Hai
(aku lebih mencintaimu daripada diriku sendiri)
Tidak ada lagi kata-kata diantara mereka, yang
ada hanya tatapan mata penuh cinta, senyum ketulusan dan saling memuja satu
sama lain
Sab Kuch Chhod Ke Aana Tu Sawan Aaya Hai
(lupakan segala hal dan datanglah saat musim hujan tiba)
Tere Aur Mere Milne Ka Mausam Aaya Hai
(musim pertemuan kau dan aku telah tiba)
Sabse Chhupake Tujhe Seene Se Lagaana Hai
(ingin kusembunyikan dirimu dari semua orang dan kudekap kau di dadaku)
Pyaar Mein Tere Hadh Se Guzar Jaana Hai
(ingin kulanggar semua batasan dalam buaian cintamu)
Itna Pyaar Kisi Pe Pehli Baar Aaya Hai
(untuk kali pertamanya aku merasa begitu mencintai seseorang)
Bheege Bheege Tere Lab Mujhko Kuch Kehte Hain
(bibirmu yang basah mengatakan sesuatu padaku)
Dil Hai Khush Mera Ke Khayal Ek Jaise Hain
(hatiku gembira karena pemikiran kita sepaham)
Roko Na Ab Khud Ko Yoon, Sun Lo Dil Ki Baat Ko
(jangan hentikan dirimu, dengarlah apa kata hatimu)
Dhal Jaane Do Shaam Aur Aa Jaane Do Raat Ko
(biarkan senja tenggelam dan persilakan datangnya malam)
Kitna Haseen Yeh Lamha Hai
(betapa indahnya saat ini)
Kismat Se Maine Churaaya Hai
(aku telah mencurinya dari nasib baikku)
Sesekali mata mereka terpejam menikmati
kedekatan yang terasa begitu nyata ini
Aaj Ki Raat Na Jaana Tu Saawan Aaya Hai
(malam ini janganlah kau pergi karena musim hujan telah tiba)
Tere Aur Mere Milne Ka Mausam Aaya Hai
(musim pertemuan kau dan aku telah tiba)
Sabse Chhupake Tujhe Seene Se Lagaana Hai
(ingin kusembunyikan dirimu dari semua orang dan kudekap kau di dadaku)
Pyaar Mein Tere Hadh Se Guzar Jaana Hai
(ingin kulanggar semua batasan dalam buaian cintamu)
Itna Pyaar Kisi Pe Pehli Baar Aaya Hai
(untuk kali pertamanya aku merasa begitu mencintai seseorang)
Alunan musik pun berhenti, mata Rajatha dan Faridha terbuka
kembali, mereka kembali pada kenyataan namun hujan masih begitu deras mengguyur
bumi.
“Ya Allah,, Inikah cinta?” Gumam keduanya bersamaan yang
berada ditempat yang berbeda.
^^^
Tak dapat dipungkiri Rajatha dan Faridha semakin akrab saja walau seringkali
Rajatha gusar sendiri jika pria asing itu menelphone Faridha apalagi sekarang
semakin sering Faridha menerima telepon dari pria tersebut.
Rajatha merasa tidak berhak untuk menanyakan siapa pria
tersebut karena Faridha sendiri tidak pernah mencoba untuk mengungkit hal itu
pada dirinya, Rajatha tidak ingin keakraban mereka jadi renggang hanya karena
salah membicarakan topik tersebut, walau Rajatha sendiri tidak tahu akan
berakhir seperti apa keakraban yang sudah terjalin selama beberapa bulan ini,
tapi baginya untuk saat ini lebih baik seperti ini dulu, Rajatha tidak mau
memaksa dan tidak ingin gegabah.
Dan seiring berjalannya waktu, tanpa terasa bulan ini adalah
penantian panjang dari Faridha dimana ia akan melakukan terapi terakhirnya dan
untuk itu mulai minggu depan Faridha harus dirawat secara intensif di rumah
sakit, Faridha sendiri sudah bisa berjalan dengan normal, ia sudah tidak
memerlukan kruk lagi untuk membantunya berjalan, itu hal yang sangat
membahagiakan semua orang tidak terkecuali Rajatha, ia sangat bersyukur akan
kemajuan Faridha bahkan ia memberi sebuah bros cantik pada Faridha sebagai
hadiah.
Perusahaan Rajatha pun sudah selesai dan semua perlengkapan
sudah tertata dengan rapih di dalam gedung baru tersebut, sebentar lagi Rajatha
akan melakukan peresmian perusahaannya dan mengundang para kolega bisnisnya
dari beberapa Negara.
^^^
Malam ini Faridha tidak bisa tidur karena mulai besok ia harus dirawat secara
intensif di rumah sakit, ada ketakutan dalam dirinya bagaimana jika semua tidak
berjalan seperti apa yang diharapkannya, bagaima jika ia tidak bisa melihat
lagi dengan matanya dan harus menunggu waktu yang sangat lama untuk mendapatkan
donor mata, walau dokter sudah mengatakan padanya bahwa kemungkinan besar
Faridha akan bisa melihat kembali dengan matanya sendiri namun tetap saja
kemungkinan gagal itu pasti ada, harusnya dia tidak boleh terlalu banyak
pikiran sekaran ini, tapi seharian ini ia sangat gelisah apalagi hari ini
Rajatha ada keperluan lain jadi tidak bisa datang menemaninya seperti biasa.
Faridha tidak tahu bahwa keperluan lain yang dimaksud
Rajatha adalah peresmian perusahaan barunya yang diberi nama AKBAR
INTERNATIONAL GROUP, berita diresmikannya perusahaan Rajatha sempat diliput
banyak media dan disiarkan oleh beberapa TV swasta hari ini tapi tentu saja
Faridha tidak bisa melihatnya dan tidak mengetahui apapun.
“Kalau saja ada Putra hari ini, setidaknya aku tidak akan
setegang dan segelisah ini menghadapi hari esok, dia selalu bisa menenangkanku
dan membuatku selalu percaya saat dia mengatakan kalau aku akan baik-baik
saja,, Hhmm,,, Aku ingin segera bertemu denganmu Putra dan tidak sabar untuk
bisa melihat seperti apa wajahmu. Ya Allah,,, Semoga semua akan baik-baik saja.
Aamiin” Do’a Faridha lirih sebelum ia memejamkan matanya untuk tidur malam ini
^^^
Pagi harinya,..
Rajatha sudah bersiap untuk menemui Faridha terlebih dahulu, ia berniat bahwa
hari ini ia akan menceritakan semua tentang dirinya pada Faridha, semoga
Faridha tidak marah padanya karena sudah membohonginya selama ini dan juga ia
akan menanyakan siapa pria yang selama ini selalu menelpon Faridha baru setelah
itu ia mengungkapkan perasaan cintanya pada gadis tersebut.
Ya, Rajatha menyadari bahwa apa yang ia rasakan selama ini
pada Faridha adalah cinta. Cinta yang ingin ia tanam dan tuai bersama Faridha,
hanya Faridha.
Ia tidak mau meninggalkan Faridha, dulu memang ia berencana untuk pergi dari
kehidupan Faridha saat gadis itu sudah bisa melihat kembali dan mereka akan
menjadi orang asing yang tidak mengenal satu sama lain, tapi itu dulu sekarang justru
Rajatha ingin dialah yang menjadi orang pertama yang dilihat Faridha saat gadis
itu sudah bisa melihat nanti.
Sebenarnya apapun hasilnya nanti, entah itu Faridha bisa
kembali melihat atau tidak, tidak akan merubah apapun. Cintanya masih tetap
utuh untuk Faridha, Rajatha pun sudah merencanakan untuk segera mengenalkan
Faridha pada kedua orang tuanya. Ah,, Bahkan Rajatha sudah berpikir sejauh itu
untuk selalu bersama Faridha.
Rajatha memakai parfum kesukaannya yang juga disukai bahkan
sangat dikenali oleh Faridha, Rajatha tersenyum jika mengingat itu.
“Ok,, Tunggu aku Nona Faridha Anggun, aku akan segera
menemuimu” Semangat Rajatha pada dirinya sendiri
^^^
Sementara itu dirumah Faridha, ia sedang kedatangan tamu
yang sangat ditunggu-tunggunya belakangan ini, nampak mereka berbincang-bincang
di ruang tamu.
“Bagaimana perasaanmu sebelum kerumah sakit Dik?” Tanya seorang pria pada
Faridha
“Jujur sejak kemarin aku sangat gugup dan takut Kak” Jawab Faridha
“Kau tenang saja Faridha, dokter pasti melakukan yang terbaik untukmu. Kau
harus yakin bahwa kau pasti bisa melihat sebentar lagi” Seorang wanita muda dan
cantik yang datang bersama sang pria menyemangati Faridha
“Iya,, terima kasih Mbak. Aku harus yakin. Harus” Kata Faridha
“Oh ya, apa Kakak sudah membawa itu?” Tanya Faridha
“Belum, nanti kami akan mengantarkannya padamu setelah kau bisa melihat jadi
kau bisa membacanya terlebih dahulu, kalau kau merasa keberatan mengenai isi-isinya
kau bisa memberi tahu kami Dik” Jawab sang pria
“Baiklah, aku ingin semua ini segera selesai Kak karena aku ingin,,,”
“Apa? Kau ingin apa hmm,,,” Goda sang pria pada Faridha
karena Faridha masih tampak malu-malu mengatakan apa yang dia inginkan
“Kakak,, Jangan menggodanya” Tegur sang wanita pada pria tersebut
“Ah Kakak,, Tidak kukatakan juga kau sudah tahu apa yang kuinginkan” Kata
Faridha kesal pada sang pria
“Katakan segera padanya Dik, jangan sampai kau menyesal karena terlalu lama
menyimpan perasaanmu, kau juga pantas untuk bahagia Dik”
Setelah berbincang cukup lama pasangan tersebut berpamitan
pada Faridha, sebenarnya mereka menawarkan untuk mengantar Faridha ke rumah
sakit namun Faridha menolak karena sudah ada orang yang akan mengantarnya, Putra.
Rajatha sudah sampai dirumah Faridha, ia melihat ada mobil
asing di halaman rumah, karena penasaran Rajatha langsung bertanya pada salah
seorang pelayan yang ditemuinya
“Mobil siapa itu Pak?” Tanya Rajatha
“Oh,, Itu mobil nya Tuan Ardhan”
“Ardhan? Aku seperti pernah mendengar
nama itu sebelumnya, tapi dimana ya dan siapa yang mengatakannya padaku”
Pikir Rajatha
“Siapa itu Tuan Ardhan, Pak?” Tanya Rajatha lagi karena ia belum bisa mengingatnya
“Tuan Ardhan itu suaminya Non Faridha yang dulu kecelakaan itu loh Putra”
“Allahu Akbar” Rajatha memejamkan matanya sejenak berusaha menghirup udara yang
terasa sesak memasuki paru-parunya, seperti ada yang menusuk di ulu hatinya,
nyeri. Rajatha ingat sekarang, ia pernah mendengar nama Ardhan sebelumnya dari
Bik Min, saat ia baru sehari menjadi pelayan Faridha, saat itu Bik Min
mengatakan bahwa tidak ada kepastian bagaimana kondisi terakhir dari Ardhan,
suami Faridha. Sakit sekali rasanya mengatakan pria itu adalah suami Faridha
Rajatha tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu utama
rumah Faridha, ia harus memastikan sendiri bagaimana sekarang hubungan antara
Faridha dan Ardhan, jika memang semua harus berakhir hari ini maka izinkan dia
untuk melihat gadis yang menjadi cinta pertamanya itu untuk terakhir kalinya
dan mengubur semua angannya tentang Faridha.
Rajatha sampai di ambang pintu yang memang sudah terbuka
sejak tadi, ia terdiam dan mematung dengan apa yang ia lihat dihadapannya saat
ini.
Disana, ya tepat didepannya saat ini ia melihat Faridha berada dalam pelukan
erat seorang pria yang bisa ia pastikan pria itulah yang bernama Ardhan.
Rajatha memundurkan langkahnya dan sedikit bersembunyi agar
tidak diketahui oleh mereka yang berada didalam sana, dilihatnya Faridha
melepaskan pelukannya begitupun dengan Ardhan, Rajatha bisa melihat itu dari
sela jendela.
Wajah Faridha tampak seperti habis menangis, air mata masih mengalir di pipinya
dan bisa dengan jelas ia dengar mereka berbicara
“Jangan menangis lagi Dik, ada Kakak disini yang selalu ada untukmu,,hm” Ardhan
menghapus air mata di pipi Faridha dengan lembut
“Te-terima kasih Kak, aku sangat senang Kakak kembali”
Ardhan mengelus kepala Faridha dengan sayang, dan mereka tersenyum bersama
“Ya Allah,,,” Lirih Rajatha dan meninggalkan rumah Faridha
“Selamat tinggal Faridha, semoga kau bahagia dan aku berharap kita tidak akan
pernah bertemu lagi, karena itu hanya akan menyakiti hatiku” Gumam Rajatha
setelah masuk kedalam mobilnya, matanya masih menatap nanar kearah rumah
Faridha sebelum ia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Faridha dengan segala
kenangan yang ada disana.
--------------------
- To Be Continue -
PS : Gimana,,, Gimana?? Hehehe,, Sabar ya nunggu part selanjutnya.. Muach,, ;)