Sebelumnya saya mau ngucapin terima kasih banyak buat readers tersayang yang selalu Like & Comment untuk cerita ini. Makasih juga buat Bunda Zie Latisha untuk selalu tag temen-temen yang lain buat ikut baca,,, Sukriya ;)
__________________________
“Apa sekarang Nona sudah napsu makan?” Goda Rajatha masih dengan kesibukannya
di dapur
“Diam kau, cepat selesaikan masakanmu” Bentak Faridha berusaha menutupi rasa
malunya
^^^
10 Menit kemudian masakan Rajatha sudah selesai, Bik Min membantu untuk menata
makanan tersebut diatas meja dan setelah itu ia kembali meninggalkan Rajatha
dan Faridha di ruang makan.
“Dimakan Nona” Ajak Rajatha dan mendorong kursi Roda Faridha menuju meja makan
“Apa yang kau masak Putra?” Tanya Faridha kemudian
“Hhmm,, Cuma nasi goreng, kau suka kan?”
“Ya. Mana piringku?” Faridha meraba-raba meja di depannya
Rajatha tersenyum melihatnya “Nona yakin bisa makan sendiri? Apa perlu aku
panggilkan Bik Min untuk menyuapi Nona?”
“Hey,, Kau pikir aku selemah itu? Kalau hanya untuk makan aku masih bisa
sendiri. Mana piringku” Kata Faridha jengkel
“Baiklah,,Baiklah,,,” Rajatha menyodorkan sepiring nasi goreng ke hadapan
Faridha dan mengarahkan tangan Faridha untuk menyentuh makanannya.
Faridha mulai memakan nasi goreng tersebut “Enak juga” Batinnya sesaat setelah nasi
goreng itu masuk ke mulutnya.
“Walaupun
dia galak dan terkadang ketus tapi dia juga gadis yang mandiri, semoga kau
segera sembuh seperti semula Faridha” Kata Rajatha dalam hati, ia
memperhatikan Faridha yang sedang asyik menyuapkan sendok demi sendok nasi
goreng kedalam mulutnya
Meja disekitar piring Faridha tampak berantakan dengan nasi
goreng disekelilingnya dan tentu saja Faridha tidak menyadari itu, Rajatha hanya
tersenyum melihatnya
“Putra” Panggil Faridha setelah ia selesai makan
“Putraaa” Panggil Faridha lagi sedikit keras karena tidak mendapat jawaban dari
Rajatha
“Ah,, Ya Nona, ada apa?” Sahut Rajatha cepat, sedari tadi Rajatha memandang
wajah Faridha hingga tidak sadar kalau makanan Faridha ternyata sudah habis dan
Faridha memanggil-manggilnya sejak tadi
“Kau kenapa hah? Aku tahu kau sejak tadi disini tapi kenapa saat ku panggil kau
tidak menyahut? Apa yang sedang kau lakukan?” Semprot Faridha
“Nona tahu aku disini? Padahal kan sejak tadi aku tidak bersuara dan tidak
melakukan apa-apa” Rajatha balik bertanya pada Faridha. Rajatha pikir sejak
tadi Faridha tidak menyadari kalau ia masih berada disini
“Parfume mu. Aku sudah mengenali parfum mu sejak pertama kali bertemu denganmu
di rumah sakit” Jawab Faridha santai
Tanpa sadar Rajatha tersenyum mendengar jawaban Faridha
“Wah,, Kalau begitu aku tidak bisa berbohong lagi padamu Nona, kau sudah
mengenali parfum ku” Kata Rajatha pura-pura sedih
“Lebay”
“Hahaha,,,”
“Cepat jawab pertanyaan ku tadi, kenapa kau diam saja saat aku
memanggilmu. Apa yang sedang kau lakukan” Tanya Faridha lagi, entah mengapa dia
jadi begitu penasaran
“Memandangimu” Jawab Rajatha dalam
hati
“Aku,,, Sedang bermain game di handphone ku. Ya main game,, eem,, COC, Nona tahu
game itu kan. Tadi aku terlalu asik sehingga tidak mendengar saat Nona
memanggilku” Bohong Rajatha
Faridha mengangguk pelan dan meminta Rajatha mengantarnya ke
Taman
^^^
Satu bulan berlalu sejak Rajatha menjadi pelayan Faridha, dan kebersamaan mereka
selama ini membuat keduanya semakin dekat, terutama Faridha selain dengan Bik
Min kini ia mulai terbiasa dan bergantung pada Rajatha dan begitupun
sebaliknya, entah apa yang dirasakan Rajatha sebenarnya, apa benar ia melakukan
ini hanya karena keperdulian dan rasa kasihannya terhadap Faridha atau
keperdulian dan rasa kasihan itu sudah mulai berkembang menjadi rasa yang lain,
entahlah yang jelas Rajatha menikmati kebersamaannya bersama Faridha selama
ini.
“Apa yang kurasakan sebenarnya pada Putra, perasaan yang
belum pernah kurasakan pada siapapun sebelumnya termasuk pada Kak Ardhan. Dulu
saat menerima lamaran dari Kak Ardhan, saat itu aku hanya memikirkan perasaan
Ayah, aku tidak tega jika harus melihat kekecewaan di wajah ayah karena menolak
perjodohan itu, lagipula Kak Ardhan adalah orang yang baik begitupun
keluarganya, tapi tetap saja perasaan ku biasa saja pada Kak Ardhan tidak ada
debaran aneh di dadaku seperti saat aku bersama Putra. Bahkan aku langsung bisa
mengingat aroma tubuhnya, aku selalu berusaha menekan perasaanku agar tidak
terlihat olehnya ketika kami bersama. Apa aku sudah menyukai pelayanku sendiri?
Ya Allah,,, Ini akan sangat memalukan. Biarlah ini tetap menjadi Rahasia Hati”
Gelisah Faridha pada dirinya sendiri saat ia akan memejamkan matanya untuk
tidur malam ini.
^^^
Pagi ini Rajatha menuju area proyek untuk kembali meninjau sejauh mana pembangunan
gedung perusahaannya, sebelumnya Rajatha sudah mengatakan pada Faridha bahwa ia
akan datang siang kerumahnya hari ini.
“Bagaimana perkembangannya Henry?” Tanya Rajatha pada salah
satu mandor disana
“Cukup cepat Pak, seperti yang Bapak minta bahwa gedung ini harus selesai
kurang dari 5 bulan, estimasi kami gedung ini sudah bisa beroperasi 4 bulan
lagi Pak” Jawab Henry
“Bagus, aku tidak perduli berapa biaya yang harus ku keluarkan untuk
mempercepat proses pembangunan gedung ini Henry. Aku hanya ingin segera
menjalankan perusahaan ini bersama para karyawan-karyawan ku nantinya”
“Baik Pak, saya mengerti”
^^^
Rajatha menuju rumah Faridha dan seperti biasa ia menyuruh sopirnya untuk tidak
mengantarnya sampai kedepan rumah Faridha.
Rajatha masuk kedalam rumah Faridha, Bik Min memberitahunya
bahwa Faridha sedang menerima telephone dari seseorang di halaman belakang, Bik
Min lah tadi yang menerima panggilan di handphone Faridha dan memberikannya
pada Faridha untuk berbicara pada orang yang menelphone nya tersebut.
Rajatha menuju halaman belakang rumah Faridha, dilihatnya
Faridha tampak berbicara dengan seseorang disana.
Samar – samar ia mendengar pembicaraan Faridha, bukan maksud untuk menguping
tapi ia hanya penasaran saja. (Iya aja adek mah Bang)
“Aku senang mendengarnya Kak” Kata Faridha
“…………”
“Aku masih harus menjalani beberapa terapi disini, aku ingin segera sembuh”
“…………”
“Ada Bik Min yang setia menjagaku juga ada Putra”
“…………”
“Dia pelayan baru disini, dia sangat baik dan selalu menjagaku”
“…………”
“Hehehe,,,”
“…………”
“Tidak apa-apa, mendengar kalau ternyata kakak baik-baik saja itu sudah membuatku
Bahagia. Jangan merasa bersalah begitu dan sampaikan salamku pada Mama dan Papa
disana.”
“…………”
“Terimakasih Kak,,, Baiklah,, Aku tunggu. Assalamu’alaikum”
“…………”
“Mereka sangat akrab” Gumam Rajatha pelan. Sengaja sejak tadi Rajatha berada
agak jauh dari Faridha untuk mendengarkan pembicaraan Faridha, kalau ia berada
di dekatnya pasti Faridha akan tahu, seperti yang pernah dikatakannya kalau ia bisa
mengenali Rajatha hanya dari aroma parfumnya
Rajatha akhirnya berjalan mendekati Faridha dan bersikap
seolah-olah baru saja datang
“Putra” Kata Faridha
“Benarkan,,, Dia sudah mengenaliku”
Batin Rajatha
“Selamat siang Nona” Sapa Rajatha
“Selamat siang Putra. Kau baru datang?” Tanya Faridha
“Iya”
“Ya sudah,,,kenapa lama sekali kau datang”
“Eemm,, Tadi,,,”
“Ah sudahlah.. Ayo kita ke rumah sakit sekarang untuk terapi, kau tau aku sudah
menunggumu sejak tadi”
“Waaa,, Tumben sekali Nona sangat bersemangat untuk pergi terapi” Tanya Rajatha
sambil mendorong kursi roda Faridha masuk kedalam rumah
“Aku kan juga ingin sembuh, aku ingin bisa melihat dan berjalan lagi” Jawab
Faridha riang. “Juga aku sangat ingin
melihat wajahmu Putra” Lanjut Faridha dalam hati
“Sudah seharusnya Nona bersemangat seperti ini, ayo kita ajak Bik Min dan
kerumah sakit sekarang” Kata Rajatha ikut bersemangat
^^^
Kini Faridha sedang diperiksa dan melakukan beberapa terapi bersama para dokter
yang sudah biasa menanganinya
Setelah cukup lama menunggu akhirnya Bik Min dan Rajatha diperbolehkan masuk
untuk bertemu dengan Faridha
Rajatha dan Bik Min terkejut saat melihat Faridha sudah bisa
berdiri dengan bantuan kruk di tangan kanan dan kirinya
“Nona sudah bisa berdiri?” Tanya Rajatha, dia sangat senang melihat kemajuan
Faridha
Sedangkan Bik Min mengusap air mata haru begitu melihat Faridha bisa berdiri
walau dengan bantuan kruk
“Aku bahkan sudah bisa berjalan sedikit-sedikit menggunakan kruk ini Putra”
Jawab Faridha
“Benarkah? Dokter?” Rajatha bertanya pada dokter meminta penjelasan
“Benar Pak, Nona Faridha sudah mulai bisa berjalan menggunakan kruk nya,
sebenarnya selama ini Nona Faridha sudah belajar berjalan sendiri dirumah
seperti yang seringkali kami katakan padanya saat terapi dan syukurlah Nona
Faridha mengikutinya dan inilah hasilnya” Dokter menjelaskan
“Kenapa tidak meminta bantuan Bibi Non?” Kali ini Bik Min yang bertanya pada
Faridha
“Hehehe,, Aku tidak ingin terus-terusan merepotkan Bibi, seharian Bibi sudah
mengurusiku, tenanglah aku tidak apa-apa” Jawab Faridha riang, sungguh ia
senang akhirnya usahanya selama ini belajar berjalan setiap malam berbuah manis
seperti ini
“Lalu bagaimana dengan penglihatannya Dok? Apa Dokter sudah mendapatkan donor
mata yang tepat untuknya?” Tanya Rajatha lagi
“Setelah melakukan beberapa kali terapi, ada kemajuan yang begitu pesat tentang kondisi mata Nona Faridha dan kami
para dokter memutuskan bahwa Nona Faridha tidak membutuhkan donor mata
untuknya, Nona Faridha hanya perlu untuk mengikuti terapi rutin dan meminum
obat yang kami berikan, Insha Allah Nona Faridha akan bisa melihat kembali
dengan matanya sendiri dalam waktu tidak lebih dari 4 bulan kedepan” Jawab
dokter dan tersenyum
“Alhamdulillah,,,,” Faridha, Rajatha dan Bik Min mengucap syukur mendengar
jawaban dokter
Bik Min langsung memeluk Faridha yang sejak tadi matanya sudah berkaca-kaca,
Rajatha tersenyum tulus memandang kedalam mata Faridha walau tatapan Faridha
masih kosong
“Cepatlah sembuh Faridha dan lihatlah
kembali dunia dengan mata indahmu itu, walau disaat nanti kau sudah bisa
melihat, aku tidak lagi ada disampingmu” Batin Rajatha. Ya, seperti yang
tadi dokter katakan bahwa Faridha akan bisa melihat dalam waktu empat bulan
kedepan dan pada saat itu juga perusahaan yang selama ini di idam-idamkannya sudah
bisa dijalankan. Jika Faridha sudah kembali normal seperti semula Rajatha tidak
akan ada beban meninggalkannya nanti, karena bagaimanapun ia harus menjalankan
perusahaannya dan membuat kedua orang tuanya bangga.
“Terima kasih banyak Dokter, kami permisi dulu” Pamit
Rajatha pada para dokter
Rajatha dan Bik Min membantu memapah Faridha berjalan
menggunakan kruknya, walau kakinya masih terasa nyeri tapi senyum manis terus
terukir di wajah Faridha
Malam harinya, setelah makan malam Faridha mengajak Rajatha
duduk menikmati sejuknya malam.
“Kau belum mau pulang kan Putra?” Tanya Faridha setelah ia
duduk di sebuah kursi panjang dengan Rajatha berada disampingnya
“Bagaimana aku bisa pulang, kalau Nona rumah ini tidak mengizinkan aku pulang
cepat hari ini” Jawab Rajatha menyindir Faridha
Faridha terkekeh pelan, memang tadi sore ia meminta Rajatha untuk tinggal lebih
lama dirumahnya hari ini
“Hey,,, Apa kau lupa, hari ini kan kau datang siang
kerumahku, enak saja kau bisa pulang cepat” Jawab Faridha tidak terima
“Ya,,Ya,, Terserah dirimu saja Nona” Kata Rajatha pasrah
“Putra”
“Hhmm,,,”
“Aku bahagia sekali hari ini”
“Aku tahu”
“Hehehe,,, Ya, selain mendengar penjelasan dari dokter siang tadi mengenai
kondisiku, ada satu hal lagi yang membuatku bahagia”
“Oh ya,, Apa itu?” Tanya Rajatha
“Hhmmm,,, Aku baru saja mendapat kabar bahwa,,,emm,, seseorang yang dekat
denganku, setelah tidak ada kabar darinya selama ini akhirnya hari ini dia menghubungiku
dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Terima kasih Ya Allah” Kata Faridha
dengan menyunggingkan senyumnya
“Ohh,,,” Kata Rajatha
“Apa itu adalah orang yang berbicara
dengannya di telephone tadi siang? Seseorang yang dekat dengannya? Dia terlihat
sangat bahagia saat membicarakannya” Batin Rajatha bertanya-tanya, tatapan
matanya tidak lepas dari wajah Faridha
“Nona”
“Ya,,,”
“Malam ini terang bulan, dia bersinar dengan indahnya” Rajatha mencoba mengalihkan
pembicaraan dengan membicarakan Bulan yang memang bersinar terang malam ini.
Entahlah Rajatha suka melihat wajah sumringah Faridha saat
membicarakan orang yang dia tidak tahu itu siapa tapi ingin bertanya lebih jauh
pun ia tidak ingin
“Benarkah? Waahh,, Aku sangat suka memandangi Bulan yang
sedang bersinar di malam hari, dulu ayah yang selalu menemaniku memandangi
Bulan” Kata Faridha, seketika dadanya terasa sesak saat membicarakan sosok ayah
yang tidak akan ditemuinya lagi
“Kau bisa bernyanyi Nona?” Tanya Rajatha, ia menyadari raut wajah Faridha yang
tadi begitu sumringah seketika berubah sedih setelah menyinggung ayahnya
“Tentu saja, aku lebih suka bernyanyi daripada memasak”
“Hehehe,, Bernyanyi dan memasak itu tidak ada hubungannya Nona”
“Pokoknya aku tidak suka memasak dan aku lebih suka bernyanyi” Ketus Faridha,
dia sudah melupakan kesedihannya tentang ayahnya
“Nona tidak suka karena Nona tidak bisa memasak” Kata Rajatha lagi
“Kenapa,,?! Apa masalah untukmu aku tidak bisa memasak,,hah?”
“Tidak,,, Tidak,, Sudah, mari kita bernyanyi kalau begitu”
“Ayo,, Siapa takut. Kau ambil saja gitarku yang ada di ruang tengah”
“Oke”
Dua menit kemudian Rajatha sudah kembali duduk di sebelah
Faridha dengan membawa sebuah gitar
“Kau mau bernyanyi lagu apa Nona?” Tanya Rajatha sambil menyetel senar gitar
sesuai keinginan nya
“Eemm,,,,” Faridha nampak berfikir
“Apa?”
“Kesempurnaan Cinta” Kata Faridha akhirnya
“Rizky Febian?” Rajatha memastikan
“Yap. Kau bisa kan”
“Tentu saja. Lets do it”
Rajatha mulai memetik gitar nya
“Kau duluan Nona” Kata Rajatha pada Faridha
Faridha pun mulai bernyanyi
Kau dan
Aku tercipta oleh waktu
Hanya untuk saling mencintai
Mungkin kita ditakdirkan bersama
Rajut kasih jalin cinta
Berada
dipelukanmu
Mengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan Cinta
Berdua
bersamamuMengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan Cinta
“Giliranmu” Kata Faridha,
Rajatha juga mulai bernyanyi
Kau dan
Aku tercipta oleh waktu
Hanya untuk saling mencintai
Mungkin kita ditakdirkan bersama
Merajut kasih menjalin cinta
Berada
dipelukanmu
Mengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan Cinta
Berdua
bersamamuMengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan Cinta
Tak
pernah terbayangkan olehku
Bilakkau tinggalkan aku
Hancurlah hatiku musnah harapanku sayang
Kini Rajatha dan Faridha
bernyanyi bersama, andai mereka bisa saling menatap dan menyelami perasaan masing-masing,
mungkin mereka akan melihat pancaran cinta yang mulai bersinar seperti cahaya
Bulan malam ini
Berada
dipelukanmu
Mengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan Cinta
Berdua
bersamamuMengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan Cinta
“Suaramu bagus Nona” Puji
Rajatha setelah mereka bernyanyi bersama
“Pastinya, bukankah sudah kukatakan tadi, kau saja yang terlalu meremehkanku”
Rajatha menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa kecil, Faridha pun ikut
tersenyum bahagia, rasanya sudah lama sekali Faridha tidak merasakan bahagia
seperti hari ini setelah kecelakaan naas waktu itu.
“Ya
Allah,,, dia begitu indah, hatiku seringkali bergetar hanya dengan melihat
senyum manisnya, mampukah aku pergi dari sisinya suatu saat nanti. Bahkan untuk
membayangkannya saja aku tidak ingin, apa aku mulai menyukai gadis ini. Hhmm,,,
Biarlah ini menjadi Rahasia Hati” Batin
Rajatha
^^^
Sedang di tempat lainya, tepatnya di sebuah appartement mewah yang juga berada
di kota Jakarta, tampak seorang gadis muda dan wanita paruh baya sedang
berbicara sangat serius
“Aku sudah tidak sabar Mi untuk muncul di depan gadis itu dan menjalankan
rencana kita selama ini”
“Sabar sayang, Mami juga sebenarnya sudah tidak sabar dan ingin segera
menuntaskan semua ini secepatnya, Mami lelah berpura-pura selama ini”
“Berapa lama lagi Mi”
“Tunggulah beberapa bulan lagi Sayang, siang tadi Mami mendapat kabar bahwa
kemungkinan dia akan bisa melihat empat bulan lagi”
“Huufhhh,,”
“Sabar sayang,,, Disaat nanti dia sudah bisa melihat, kita akan datang
kehadapannya dan menjadi mimpi buruk baginya hingga ia merasa lebih baik tetap
menjadi buta daripada bisa melihat”
“Hahahahaa”
Dan mereka pun tertawa bersama
_______________________
- To Be Continue -