Sebelumnya mau say thanks dulu buat mbak Arum yang udah buatin banner baru yang kece untuk "Seuntai Harapanku" , Makasih banyak yo mbak dan maaf udah ngerepotin,,hehehe.. ;)
----------------------
“Apa dia
mencintaiku?”
^^^
Sejenak Jodha kembali teringat akan mimpi nya semalam saat ia tak sadarkan
diri, dia memimpikan sahabat tersayang nya “Rukayah”, dalam mimpi itu nampak
Ruk memakai gaun sutra berwarna hijau tampak ia duduk sambil bersenandung di
sebuah ayunan, di sekelilingnya dipenuhi kelopak bunga mawar putih.
*Flashback
“Rukhayah?” Panggil Jodha lirih
“Jodha, kemarilah. Aku merindukan mu” Jawab Ruk dan ia menarik tangan Jodha
untuk duduk bersama nya dalam ayunan itu
“Aku juga merindukan mu, apa kabar Ruk?”
“Luar biasa baik dan aku sangat bahagia disini”
Jodha hanya mengangguk pelan dan kepalanya menunduk menatap kelopak-kelopak
mawar putih
“Heyy gadis nakal, kenapa kau menundukan kepala mu seperti itu? Kau tidak mau
melihat wajahku? Apa kau sedang membuat kesalahan lagi hah?” Tanya Ruk pada
Jodha
“I-iya,, A-aku jatuh cinta padanya Ruk” Jawab Jodha pelan
“Hhmm,, Mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan Jodha, cinta sejati tidak
pernah salah. Cinta akan menuntun kita pada pemilik yang sebenarnya, dia tidak bisa
dipaksa ataupun dihilangkan begitu saja. Dan berbahagialah jika pada akhirnya
cinta telah menemukan pemiliknya”
“Tapi pria yang ku cintai adalah,,,,”
“Jalal” Potong Ruk cepat
Jodha yang kaget Ruk mengetahui isi hatinya, ia lalu tersenyum kikuk dan
mengangguk
“Kau jahat sekali Jodha, huuffhh,,, Aku hanya meminta mu untuk memastikan ia
mendapatkan cinta nya tapi kau sendiri malah mencintainya” Kata Ruk pura-pura
marah pada Jodha, dan ia melihat Jodha kembali menundukan kepalanya membuat Ruk
ingin tertawa namun ia menahan nya supaya tidak terdengar oleh Jodha
“Sudah ku duga, kau pasti akan marah padaku. Baiklah, demi dirimu aku akan
menghilangkan rasa ini untuknya” Kata Jodha lemah, seperti ada ketidak relaan
berkata seperti itu
“Hey bodoh,,Bukan kah tadi sudah ku katakan kalau cinta tidak bisa dipaksa
ataupun dihilangkan begitu saja” Kata Ruk kesal dengan tanggapan Jodha
“Lalu?”
“Aku merestui
hubungan kalian sahabatku, aku sangat senang mengetahui ini, kalian berdua
sangat cocok. Aku tahu diantara kalian belum saling menyatakan cinta dan
membalas perasaan satu sama lain kan, tapi ketahuilah Jodha cinta tetaplah
cinta walau tidak di ucapkan sekalipun” Kata Ruk dan tersenyum lembut pada
Jodha
“Tapi cinta harus tetap di ungkapkan dengan kata-kata walau hanya sekali Ruk,
buatku itu adalah sebuah ikrar”
“Bersabarlah sebentar lagi sahabatku” Balas Ruk
“Ma-maksudmu dia akan menyatakan cintanya pada ku, ja-jadi dia juga mencintaiku?”
Tanya Jodha tidak sabaran
Ruk hanya menggeleng melihat kelakuan sahabatnya, ia berdiri dan turun dari
ayunan, Ruk mendekati Jodha dan mencium kening nya lembut
“Sudah waktunya kau sadar Jodha, kembali lah padanya, dia sudah menunggu dan
sangat merindukan mu disana, satu lagi terima kasih banyak kau sudah mengembalikan
Jodha Aurora dalam dirimu, kau sudah memenuhi semua permintaan ku, semoga kau
selalu bahagia sahabatku” Kata Ruk setelah ia mencium kening Jodha, nampak air
mata bahagia menetes dari pelupuk mata Rukhayah
“Rukh,,khayahhhh” Dan saat itu pula Jodha membuka matanya dan sadar dari mimpi
dan melihat Jalal berada disamping nya dengan menggenggam tangan nya erat
*Flashback off
^^^
Jalal yang keluar dari kamar Jodha tampak menghubungi seseorang melalui
handphone nya
“Bagaimana Hasan, sudah kau urus mereka?” Tanya Jalal pada Hasan sesaat setelah
telephone nya tersambung
“Sudah Jalal, Surya dan ayahnya sudah berada dalam pengawasan kami, Surya
sampai saat ini masih koma, dia berada di kamar atas dan sedang diawasi oleh
Husen, sedangkan ayahnya ada bersama kami disini sekarang” Jelas Hasan
“Apa dia sudah menandatangani suratnya”
“Belum Jalal, dia bersikeras tidak mau menandatangani surat itu dia bahkan rela
tangan nya di potong daripada harus menandatanganinya”
Ya, Jalal
membuat surat untuk Tn Pratap yang berisi bahwa Tn Pratap harus menyerahkan
semua aset yang dimiliki nya pada Jalal dan juga Tn Pratap sepenuhnya melepaskan/membebaskan
Jodha dari segala perjanjian yang ia buat dengan ayah tiri Jodha dulu.
Sebenarnya Jalal tidak berminat dengan aset yang dimiliki Tn Pratap yang ia
perdulikan adalah membebeskan Jodha dari perjanjian sialan itu tapi setelah ia
mengetahui segala data yang diberikan oleh Hasan dan Husen padanya bahwa selama
berpuluh-puluh tahun lamanya Tn Pratap melakukan banyak kecurangan dan
merugikan beberapa perusahaan kecil yang baru berkembang di sebagian besar negara-negara
di Asia, hal itu membuat Jalal ingin memberi pelajaran pada Tn Pratap, lagipula
harta yang dimiliki Tn Pratap saat ini adalah hasil dari kelicikan yang dia
lakukan selama ini pada para client dan karyawan nya sendiri. Jalal sudah
menyuruh Hasan dan Husen untuk mengurus aset Tn Pratap nanti dan mengembalikan
nya pada mereka yang memang berhak mendapatkan nya sejak dulu.
“Sial, masih
ingin bermain dengan ku rupanya dia. Loudspeaker handphone mu Hasan, aku ingin
berbicara padanya”
Hasan pun menuruti permintaan Jalal
“Kau Tn Pratap, aku tidak akan menyuruh mu untuk kedua kalinya, tanda tangani
surat itu sekarang juga atau putramu tidak akan pernah membuka matanya lagi
untuk selamanya” Ancam Jalal pada Tn Pratap melalui telephone nya
“Tidak, aku tidak mau menyerahkan harta ku sepeser pun pada kalian dan Jodha gadis
itu tetap akan menjadi istri Surya sesuai perjanjian yang masih SAH sampai hari
ini. Kau pikir aku takut dengan gertakan mu hah, dasar bocah sombong” Jawab Tn
Pratap angkuh
Mendengar
perkataan Tn Pratap membuat Hasan marah, kembali ia meninju perut Tn Pratap
“Hey pak Tua, harta yang kau miliki sudah sejak lama bukan milikmu lagi, tapi
kau dengan liciknya membodohi orang lain dan membuat semua itu seolah-olah
adalah milikmu, kami akan mengembalikan semua itu pada pihak yang memang berhak
mendapatkan nya. Kau dan anak mu sudah berada diantara hidup dan mati tapi
masih tetap mempertahankan harta yang bukan hak mu bahkan keangkuhan dan
kesombongan mu semakin menjadi, kalau bukan karena Jalal yang melarangku, sudah
dari semalam kami menghabisimu dan anak sialan mu itu,,Kau benar-benar manusia
yang haus harta dan gila kehormatan,, Tidak sadarkah berapa banyak orang dan
para pekerja yang menderita karena ulah kotor kalian,, Kau benar-benar
menjijikan. BUGH” Kembali Hasan melayangkan kepalan tangan nya pada Tn Pratap
“Cukup Hasan”
Jalal mencoba menghentikan Hasan, biar bagaimana pun ia masih menginginkan Tn
Pratap hidup setidaknya untuk sekarang
“Aku tidak pernah bermain dengan kata-kata ku Tn Pratap, jika aku sudah
mengatakan sesuatu maka saat itu juga aku akan melakukan nya, kau tidak mau
menandatangani surat itu bukan, oke,, beberapa menit kedepan kau akan melihat
mayat putra kesayangan di depan matamu. Hasan, katakan pada Husen untuk
mencabut semua alat pernafasan yang menempel di tubuh Surya sekarang, kita buat
si brengs*k itu mati pelan-pelan di depan ayahnya sendiri” Perintah Jalal
tenang namun penuh intimidasi
“Dengan senang hati Jalal” Balas Hasan pada Jalal dan menyeringai kearah Tn
Pratap
Tak berapa lama teriakan dari Tn Pratap dari seberang sana menggelegar, terdengar ia
memohon pada Hasan dan Husen untuk tidak melepaskan alat-alat yang menempel di
tubuh putranya, tentu saja Jalal mendengar semua itu dan ia tersenyum penuh
kemenangan.
“Kau masih ingin menantangku Tn Pratap?” Tanya Jalal dingin
“Ba-Baiklah,, Aku mohon, jangan bunuh anak ku, aku akan menandatangani surat
nya, berikan surat sialan itu padaku sekarang agar aku dan anak ku bisa segera
bebas dari kalian”
“Hahaha,, Pak Tua yang penurut” Jawab Hasan di seberang sana pada Tn Pratap
“Hasan, pastikan dia benar-benar menandatangani surat nya dan serahkan padaku
malam ini”
“OK, jangan khawatir, aku akan menyerahkan nya padamu malam ini”
“Baiklah, sekarang aku matikan dulu telephone nya. Bye”
“Bye”
^^^
Beberapa jam kemudian Tn Khaibar dan Ny Anga telah sampai di Spanyol dan sudah
dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat dimana Jodha dirawat.
“Kau membutuhkan
sesuatu Jodha?” Tanya Jalal pada Jodha yang kini sudah berada di sisi Jodha
kembali, keadaan Jodha sudah mulai membaik, wajahnya tidak sepucat saat ia baru
sadar pagi tadi
“Eemm,,Tidak” Jawab Jodha pelan
“Jalal, berapa lama lagi Bibi Anga dan Paman Khaibar sampai?” Kata Jodha lagi.
Ya, sejak Jalal memberitahu Jodha bahwa Tn Khaibar dan Ny Anga akan datang
untuk menjenguknya, Jodha tidak berhenti bertanya pada Jalal kapan mereka
sampai, terhitung ini sudah ketiga kalinya Jodha menanyakan pertanyaan yang
sama pada Jalal dan Jalal sangat maklum dengan itu semua karena ia tahu Jodha
pasti sangat merindukan mereka setelah sekian lama berpisah, orang-orang yang
sudah seperti keluarga nya sendiri
Jalal tersenyum
menanggapi pertanyaan Jodha dan menjawab dengan lembut
“Sebentar lagi Jodha, aku sudah menyuruh orang ku untuk menjemput mereka,
bersabarlah”
Jodha tersenyum dan mengangguk pelan, melihat wajah Jodha yang polos seperti
ini membuat Jalal tidak tahan untuk mencium pipi chuby nya, tiba-tiba ia
teringat pernyataan cinta Jodha padanya sesaat sebelum Jodha pingsan di pelukan
nya semalam
“Jodha” Panggil
Jalal pada Jodha sembari merapatkan kursi yang diduduki ke ranjang Jodha,
sebelah tangan Jalal mulai menggenggam tangan Jodha, tidak ada penolakan sama
sekali dari Jodha, tidak munafik Jodha memang menikmati setiap sentuhan dan
saat-saat ia bersama dengan Jalal dan begitu pun sebaliknya (jangan ditanya
kalau si Jalal mah,,haha),
Jalal menatap Jodha intens seolah ia menyalurkan perasaan terdalamnya pada
gadis yang dicintainya ini, membuat wajah Jodha seketika merona tersipu malu
dengan tatapan Jalal
“Ja-jalal” Panggil Jodha berusaha menutupi kegugupan nya walau tetap tidak
berhasil karena justru ia tergagap memanggil nama Jalal barusan
“Hhmm,, Ada yang ingin aku tanyakan padamu Jodha” Jawab Jalal dengan tidak
mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Jodha
“Apa?”
“Jodha, apa kau masih ingat saat aku membawa mu pergi dari rumah Surya semalam”
Jodha diam sejenak berusaha mengingat-ingat kejadian semalam, tak lama kemudian
ia mengangguk
“Eemm,,,” Jalal tampak bingung, ia tidak tahu mulai darimana mengatakan nya
pada Jodha, sebenarnya Jalal hanya ingin memastikan lagi apa Jodha masih ingat
pernyataan cinta padanya semalam, jujur saja jika tidak dalam keadaan genting
seperti semalam pasti Jalal sudah mengekspersikan rasa bahagia nya
“Hey Tuan,, Kau ingin menanyakan apa padaku,,hmm” Tegur Jodha membuyarkan
lamunan Jalal
“Ahh,, Itu,,saat kita sudah berada di dalam mobil” Jalal kembali menghentikan
ucapan nya
“Ya? Lalu?” Kata Jodha menanggapi perkataan Jalal walau dia sendiri juga masih
belum paham apa maksud Jalal
“Saat,,Saat,,Aku memelukmu,, Aku mengatakan padamu bahwa kau akan baik-baik
saja dan aku meminta mu untuk tetap bertahan demi orang-orang yang kau cintai”
Jalal menghentikan kembali perkataan nya untuk melihat ekspresi Jodha
Jodha yang mendengar perkataan Jalal barusan sudah mulai bisa menangkap kemana
arah pembicaraan Jalal, yah,, yang dimaksud Jalal adalah pernyataan cinta nya
yang spontan ia ucapkan pada Jalal semalam, Jodha menundukan wajahnya yang
entah sekarang sudah berwarna apa, Jodha benar-benar malu ia tidak menyangka bahwa
Jalal akan mengingat hal itu bahkan sampai nekat menanyakan padanya sekarang.
“Sesaat setelah aku mengatakan itu padamu aku mendengar samar-samar kau
mengatakan sesuatu padaku” Kata Jalal melanjutkan lagi ucapannya
“Eemm,,a-aku mengatakan apa memangnya?” Balas Jodha berpura-pura tidak tahu
“Kau mengatakan bahwa orang yang kau cintai adalah aku. Apa itu benar Jodha,
kau mencintai ku?” Kata Jalal, ia sudah benar-benar mengatakan semuanya pada
Jodha karena ia tidak tahan dengan tanggapan Jodha yang sedari tadi cuek
seolah-olah tidak menanggapi nya
“I-itu,,a-aku,,Jalal” Jodha gelapan mencari kata-kata yang pas untuk menjawab
pertanyaan Jalal
“Oh my God, salah siapa nona kau disaat
sedang kritis sempat-sempat nya menyatakan cinta padanya, dasar bodoh. Tidak
mungkin aku menyangkal semua itu tapi kalau untuk jujur aku rasanya tidak
sanggup, bagaimana kalau ia malah menjauh dariku setelah ia tahu perasaan ku
yang sesungguhnya.” Batin Jodha kacau
Jalal menyadari
Jodha mulai tidak nyaman dengan pembahasan ini dan sepertinya Jodha memang
tidak perduli, Jalal menghembuskan nafas kecewa
“Yasudah,,Tidak
usah di fikirkan perkataan ku tadi. Lupakan saja” Kata Jalal datar pada Jodha
dan ia mulai beranjak dari kursi yang di dudukinya
Jodha yang menyadari Jalal akan pergi segera meraih lengan Jalal
“Jalal,,Kau mau kemana?”
“Aku mau keluar sebentar, menunggu Paman Khaibar disana, aku khawatir mereka
akan kesusahan mencari ruangan mu saat sampai disini nantinya” Kata Jalal
beralasan, ia sudah hendak melepaskan tangan Jodha yang mencekal lengan nya
“Tuggu dulu” Kata Jodha cepat
“Tidak mungkin paman Khaibar tidak tahu
dimana ruangan ku, bukan kah ada banyak receptionist di rumah sakit ini di
setiap lantainya mereka pasti memberi tahu dengan jelas pada semua tamu yang
akan berkunjung. Apa,, Apa dia sengaja menghindari ku karena kesal dengan tanggapan
ku yang acuh tak acuh tadi? Ya Tuhan,, Aku harus bagaimana, bukan ini yang ku
inginkan” Kata Jodha dalam hati
“Jodha,,Ada apa?
Kau butuh sesuatu?” Tanya Jalal
“Eemm,,Tidak,, duduklah sebentar Jalal” Kata Jodha setengah memohon pada Jalal
Jalal menuruti keinginan Jodha, ia kembali duduk di kursi yang tadi di duduki
nya, Jodha sudah melepaskan cekalan tangan nya di lengan Jalal
Jalal masih diam menunggu Jodha untuk berbicara lebih dulu karena tadi Jodha
yang sudah menahan nya untuk tetap disini, padahal ia ingin keluar untuk
menenangkan sedikit pikiran nya dan menahan perasaan cintanya yang sudah
menggebu-gebu pada Jodha
“Pembicaraan
kita yang tadi belum selesai Jalal” Akhirnya Jodha membuka suaranya setelah
hampir dua menit mereka hanya diam tanpa kata
“Tidak perlu Jodha, lupakan saja” Jawab Jalal, ia tidak mau membahas ini lagi,
ia takut kalau Jodha akan mengatakan bahwa pernyataan cintanya semalam adalah
sebuah kesalahan, jadi lebih baik menghentikan pembicaraan ini sampai disini
saja, Jalal tidak mau lagi membahas ini sekarang, ia akan mencari waktu yang
tepat untuk menyatakan cintanya pada Jodha nanti
“Apa dia marah? Hufhh,, Baiklah,, Aku
akan mengatakan cintaku padanya sekali lagi. Masa bodo nanti jawaban dia apa.
Oke. Fighting” Kata Jodha dalam hati
dan menyemangati dirinya sendiri
“Jalal,,please,,dengarkan
aku dulu” Bujuk Jodha
Jalal masih diam, wajahnya tidak menatap kearah Jodha
“Heyy Tuan,,” Jodha meraih wajah Jalal dan menghadapkan kearahnya
Jodha tersenyum manis pada Jalal, sedangkan Jalal ia berusaha mati-matian untuk
tidak tergoda dan tetap menjaga gengsi nya yang seolah-olah sedang tidak
perduli dengan tingkah manis Jodha saat ini
“Demi Tuhan Jodha,, Hentikan ini semua
atau aku akan “memakan” mu sekarang juga. Sial” Batin
Jalal
Jodha mengelus
kedua pipi Jalal dengan ibu jarinya, ia tahu Jalal sudah mulai luluh dan
sekarang saatnya ia mengatakan nya pada Jalal
“Kelakuan mu sudah membangunkan singa
yang sedang tidur nona, maaf,, aku tidak bisa menahan nya lagi sekarang” Batin
Jalal lagi
“Jalal,,Yang kau
dengar semalam itu, semua itu,,,be,,mmmpphhhh”
Jodha terkejut karena tiba-tiba saja Jalal sudah mencium lembut bibirnya, tangan
Jodha yang masih berada di kedua pipi Jalal kini beralih mengalungkan tangan
nya pada leher Jalal, sedangkan Jalal satu tangan nya menahan tengkuk Jodha dan
tangan satu lagi mengelus mesra punggung Jodha.
Mungkin inilah bentuk pernyataan cinta Jalal dan Jodha (Hahahaa,,, aya aya wae)
Setelah beberapa
saat Jodha melepaskan ciuman mereka karena keduanya mulai kehabisan nafas dan
mereka mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, Jalal masih menahan
tengkuk Jodha dengan tangan nya begitu pun dengan Jodha tangan nya masih
melingkar posesif pada leher Jalal, Jalal menyatukan keningnya dengan kening
Jodha, dalam diam mereka memandang satu sama lain kemudian tersenyum bahagia,
ciuman kali ini sangat berbeda dengan ciuman pertama mereka di dalam lift
beberapa waktu lalu yang di selimuti dengan amarah dan kesedihan.
Jalal meraba
sudut bibir Jodha dengan ibu jarinya dan ia bergumam pelan di depan bibir Jodha
“Terima kasih sayang”
Ucapan sayang dari Jalal lagi lagi membuat pipi Jodha merona dan ia pun menyembunyikan
wajah nya di dada Jalal, Jalal tertawa kecil melihat tingkah Jodha dan memeluk
Jodha dengan erat
“Jalal”
“Hhmm”
“Tadi aku belum selesai bicara” Rajuk Jodha
“Baiklah,, Sekarang bicaralah” Kata Jalal, dan ia ingin melepaskan pelukan nya
pada Jodha
“Seperti ini saja” Kata Jodha cepat dan ia kembali memeluk Jalal, dan tanpa menunggu
Belanda menyerang pun Jalal langsung membalas pelukan Jodha
“Itu,,Semua itu,,A-Aku,,,,”