Written
by Bhavini Shah
Selama
perjalanan Jodha berjuang untuk membebaskan dirinya tapi sama sekali tidak berhasil...
Pada
akhirnya dia sampai di pondoknya... Kemarahannya memuncak... Kekalahannya
membuat dirinya semakin marah tak terkendali... Diam-diam Jodha gemetar... dalam
ketakutan Jodha berusaha mundur... Adham menunduk ke arah Jodha dan menjambak
rambutnya dengan kasar... Jodha terpaksa bangun... dari matanya terlihat dia
sangat ketakutan... tubuhnya gemetar... air mata ketakutan tak tertahan
mengalir di wajahnya... dia berkata sambil memohon “Tolong lepaskan aku...”
Adham tak
mau mendengar permohonannya... Kemarahan dan kebenciannya memunculkan monster
dalam dirinya... Dia ingin membalaskan semua dendam yang dirasakannyasejak
Jodha hadir dalam hidup Jalal... Dia mempererat tarikannya pada rambut
Jodha...dan menamparnya dengan keras... Jodha berteriak kesakitan “Ahhh...”
Seluruh hutan seakan menggemakan teriakannya... darah keluar dari ujung
bibirnya... Jodha merasa limbung selama sesaat...
Adham
mendorong tubuh Jodha ke pohon dan berteriak marah “Kau wanita sialan...”
Kebenciannya jauh lebih dalam dari kata-katanya yang terucap... dia bergerak ke
dekatnya untuk menamparnya lagi... Jodha menangis histeris... dia terlihat
sangat tak berdaya dibandingkan tubuh besar Adham... Jodha berusaha melarikan
diri... tapi sebelum dia bisa lari... Adham telah berhasil mencengkeram blusnya
dan menariknya hingga lengannya terlepas... Jodha ketakutan melihat tatapan
tajam Adham padanya... terlihat nafsu di matanya... karena ketakutan Jodha
mengumpulkan energi lagi dalam dirinya untuk menyelamatkan dirinya dari Adham...
dia mengumpulkan sisa-sia tenaganya... dan lari secepat dia bisa... chaniya-nya
yang panjang dan berat justru menghalangi usahanya untuk lari... dia menyesali
tindakannya kenapa tidak mengganti dulu bajunya sebelum pergi tadi... mata
Adham dipenuhi amarah dan kebencian... Jodha berdoa pada Kanha... saat berlari
tiba-tiba chunni-nya tersangkut di ranting pohon... sebelum dia sempat lari
lagi... Adham telah berhasil menangkap chunni-nya dan menariknya... dalam
sedetik Adham berhasil melepas chunni dari channiya-nya... memandang tubuhnya
yang elok... kulitnya yang lembut dan basah karena keringat... bagian belakang
gaunnya yang berpotongan rendah menampakkan punggungnya yang indah... mata
Adham menatap turun ke dadanya... kemarahannya beralih menjadi nafsu dan hasrat
seksual... Jodha melihat nafsu iblis itu di matanya... dia berteriak sekencang
mungkin... ”Jalal... Jalal...” dengan berurai air mata ketakutan... saat itu
sudah gelap... berhadapan dengan tubuh raksasa Adham kekuatannya tak akan
berpengaruh... Adham membawanya kembali ke pondok... Jodha menggigit tangan
Adham sekuat-kuatnya hingga kulitnya terkelupas menyebabkan pegangan Adham
mengendur dan dia bisa lari... hal itu semakin membuat Adham murka... dia
mengejar Jodha seperti banteng raksasa... Sesaat Jodha teringat kalau dia masih
memiliki belati... Adham berhasil menangkapnya dan memerangkap tubuhnya di
pohon... kedua tangannya ditekan kuat-kuat oleh Adham... dia menatap Jodha
dengan penuh nafsu dan berpikir darimana akan memulainya... dia mulai mengendus
leher Jodha... dalam usaha menyelamatkan dirinya... Jodha menendang
selangkangannya dengan lutut sekuat
tenaga... seketika Adham melepaskan cengkeramannya pada Jodha... dan berteriak
kesakitan “Ahhh...” Jodha menarik belati dari pinggangnya dan berusaha
membunuhnya, tapi Adham berhasil menahan
belati itu di antara kedua tangannya... tangannya mulai berdarah... sekali
bergerak Adham bisa menarik dan melemparkan belati itu dari tangan Jodha...
Dalam kemarahan, dia bisa sangat buas... Adham menamparnya sekali lagi, dengan
keras... kali ini Jodha kehilangan kesadarannya selama beberapa detik dan
tubuhnya jatuh ke tangannya... Adham memanggulnya dan menghempaskannya ke atas
tanah...
Jodha
ketakutan setengah mati... dan sudah kehabisan tenaga untuk melawan monster di
hadapannya... dengan tangan terlipat dia memohon sambil menangis padanya...
“Tolong lepaskan aku...aku mohon padamu... jangan lakukan dosa ini...”
Kata-katanya sudah tidak mampu menghentikan Adham, matanya menatap nanar ke
arah dada Jodha... nafsu iblisnya jelas terlihat... dia bersimpuh dan menarik
pinggang Jodha ke tubuhnya... dia mulai menyentuh dadanya dengan penuh nafsu...
akhirnya dia membungkukkan tubuhnya memerangkap Jodha... tubuhnya yang besar
ada di atas tubuh Jodha... Jodha berusaha melawan tapi tidak tersisa sedikitpun
celah baginya bahkan untuk menggerakkan tubuhnya... Adham mencengkeram tangan
Jodha kuat-kuat sambil menggigiti lehernya... Jodha tahu tidak ada pilihan lain
yang tersisa baginya selain bunuh diri... dia memutuskan meminum racun demi
membuktikan kesetiaannya... Jodha mengumpulkan lagi sisa tenaganya dan
mengigitnya dengan kasar... Adham melepas sebelah tangannya untuk menampar
Jodha... Dia sedang berpikir untuk minum racun ketika Adham menamparnya lagi...
Untuk terakhir kalinya Jodha berteriak sekencang-kencangnya “JALAL.. JALAL...”
dan teriakan itu dibalas dengan “Adham....”
Teriakan
Jalal membahana dan penuh amarah.... “Adhammm....” Dia berlari seperti harimau
dan melompat ke arah Adham.... menjambak rambutnya... menamparnya
berkali-kali... dan menendang perutnya sekuat tenaga... Mata Jalal memerah
dalam kemarahan... seakan monster dalam dirinya yang mengambil alih
pikirannya... Jalal mengambil pedang dan melemparkannya untuk Adham, dia
sendiri juga menghunus pedangnya... Sebelum menyerang, dia menatap Jodha...
pandangan Jodha kabur tertutup air mata dan ketakutan yang amat sangat... Jodha
menangis keras dengan suara berat... “Jalal, bunuh dia...bunuh dia
sekarang...”
Menyadari
keadaan Jodha... amarah Jalal meningkat... darahnya mendidih untuk membunuh
Adham... dia melompat ke arah Adham...
membuat Adham kehilangan keseimbangan dan pedangnya... Jalal berteriak marah
“Adham...” dan dia melompat lebih tinggi dan sekali serang... memenggal
kepalanya... rasa sakit hatinya benar-benar memuncak... bahkan setelah
memenggal kepalanya... dia tetap menyerang bagian tubuhnya... bagian tubuh
Adham berserakan di tanah... Jalal benar-benar dibutakan amarah... matanya
melebar... terguncang... dan menakutkan...
Perlahan
dia mengalihkan pandangannya pada Jodha... melihat kondisinya yang tak
berdaya... air matanya mengalir... hatinya hancur berkeping-keping... Jodha
tetap berdiri di pojok masih gemetar dan
terguncang... Pandangan matanya masih ketakutan... tubuhnya membeku... rambutnya
terurai dan acak-acakan... pipinya merah dan membengkak... ada darah yang
terlihat di ujung bibirnya... blusnya terkoyak... bekas cakaran terlihat di tangannya... hanya
melihatnya Jalal bisa menduga Adham telah menganiayanya... Jalal melihat chunni-nya
tersangkut di pohon... matanya sembab dan sayu karena terlalu lama menangis...
Jalal
mengambil chunni itu dan berlari padanya... Dia memakaikan chunni ke
pundaknya.... lalu menangkup pipinya dengan kedua tangannya... Jalal memanggil
nama Jodha dengan lembut... “Jodha...” perlahan Jodha mengangkat matanya...
mereka berdua sama-sama sangat terluka dan bersedih... dengan lembut Jalal
mengusap air mata Jodha... seketika itu juga tangis Jodha pecah dan memeluknya
dengan erat... Jalal mendekapnya... Berdua mereka saling memeluk dan
menenangkan... keduanya tidak berani bicara sepatah katapun... Jodha menangis
dan terus menangis hingga tenaganya
terkuras habis... membuatnya tubuhnya terasa lemas... tiba-tiba semua yang
terlihat di sekelilingnya berputar... pandangannya kabur dan dia kehilangan
kesadarannya di dalam pelukan Jalal...
Jalal
berteriak panik “Jodha...” dia segera membopong Jodha... dan membawanya masuk
ke pondok... setelah membaringkan tubuhnya di tempat tidur dengan hati-hati dia
mencoba menyalakan api... dan melihat sekendi air... melihat kondisinya,
hatinya benar-benar murka tapi... dia mengontrol dirinya... Jalal tahu Jodha
merasa hancur dan takut... Jodha sedang membutuhkan perhatian, cinta dan
dukungannya untuk melewati mimpi buruk ini... Dia mengusap air matanya sendiri
dan memercikkan air ke wajah Jodha... Jodha kembali sadar... dan perlahan
membuka matanya hingga melihat Jalal berada tepat disampingnya.... dia teringat
semua kejadian yang mengerikan itu, dia berusaha untuk duduk... dan mulai
menangis lagi sambil menutupi wajahnya...
Pelan-pelan
Jalal membuka tangannya dan menjauhkannya dari wajahnya... kemudian mengangkat
wajahnya... dengan nada bicara yang sangat lembut dia berkata “Jodha lihat
aku...” dengan mata yang basah Jodha memandangnya... Jalal mengusap air matanya
dan dengan ujung lengan bajunya dia menyeka darah di dekat bibirnya dengan
hati-hati... Jodha masih menangis dan air mata masih bercucuran di wajahnya...
Jalal
menyadari dia ingin membicarakan semuanya... Jodha sedang mengalami trauma yang
mendalam... Dia bertanya pada Jodha dengan suara yang cukup halus “Jodha... kumohon
lihat aku.” Pikiran Jodha masih penuh dengan peristiwa yang baru dialaminya...
Kata-kata Jalal belum ada yang menyentuh otaknya... dia bahkan tidak dalam
kondisi untuk bisa bercerita...
Jalal
menangkup wajahnya lagi dan dengan nada yang sedikit lebih kencang dan tegas
dia berkata “Jodha lihatlah aku...” kali ini Jodha bisa mendengarnya... setelah
beberapa detik dia mengangkat matanya... Jalal masih memegang wajahnya dengan
kuat... Lalu dia berkata dengan nada yang menenangkan “Jodha, tidak ada yang
terjadi dan kau sekarang sudah aman... Jangan kuatir... Aku bersamamu... kau
sangat berani, kau telah menyelamatkan nyawaku... aku sangat bangga padamu... kau
tidak perlu menangis ataupun takut lagi... Sekarang aku ada bersamamu...”
Mendengar
perkataan Jalal akhirnya masih sambil terisak dia terpatah-patah berkata
“Jalal... Adham...” dia mencoba berbicara tapi kata-katanya seakan tersangkut
di tenggorokan... Ketakutan telah menguasai pikirannya... dia tidak mampu
melanjutkan kata-katanya... dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya dan malah
menangis lebih keras... Jalal mendekapnya dan mengusap punggungnya untuk
sementara membiarkannya menangis... Jalal tahu dia berusaha menceritakan peristiwa tadi... namun sebelum itu dia harus
menumpahkan semua ketakutannya... dia
menangis dan menangis untu waktu yang cukup lama dalam dekapan Jalal...
perhatiannya telah mampu menenangkannya... Beberapa menit kemudian, Jalal
melepas pelukannya dan bertanya dengan penuh perhatian “Jodha, apakah dia
menyakitimu... apa dia menamparmu?”
Sambil
terisak Jodha menjawab “Ya... dia sangat menyakitiku... dia menamparku...
mendorongku... menendangku... dengan kasar dia menghempaskanku ke tanah...
dan... dan.. dia.. dia.. lalu.. dia menyentuhku dengan paksa.. aku sudah akan
meminum racun dari cincinku ketika aku mendengar teriakanmu..”
Setelah
mendengar semua hal yang telah dilaluinya... hati Jalal terasa hancur
berkeping-keping... matanya berair... dengan suara berat dia berkata “Jodha ...
jika sesuatu yang buruk sampai terjadi padamu maka aku akan mati saat itu
juga... ketika aku mencarimu rasanya berkali-kali aku mati karena ketakutan...
untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mengenal rasanya takut... Jodha aku
sangat takut dan khawatir padamu.”
Jalal
masih terus membelai rambut dan punggung Jodha... dengan sentuhan hangatnya...
kedekatan dan kelembutan yang penuh cinta... Jodha merasa lebih baik... setelah
beberapa saat... Jodha berbaring di tempat tidur... dan Jalal duduk tepat di
sebelahnya di atas tempat tidur... Satu per satu Jalal menanggalkan perhiasan
Jodha... dia juga menanggalkan kurta dan perhiasannya sendiri... memandang
wajah lugunya yang membengkak dan terdapat bekas tamparan di pipinya membuatnya
kembali menitikkan air mata... Jalal
membelai rambut dan wajahnya... saat Jodha mulai menutup kelopak matanya...
bayangan Adham yang menakutkan seakan muncul lagi di depannya... seketika
membuatnya terhenyak bangun.... dan merengkuh Jalal dengan erat dan menyurukkan
tubuhnya di dada Jalal untuk melepaskan ketakutannya... Jalal langsung mengerti
kalau Jodha masih menyimpan sedikit rasa takut... dengan lembut Jalal berbisik
“Jodha...jangan kuatir... dia sudah mati... dan sekarang aku sudah bersamamu..”
air matanya masih mengalir turun memikirkan apa yang mungkin terjadi seandainya
Jalal tidak datang tepat waktu.... Jalal merasakan air mata yang hangat di
dadanya... tangisannya mendatangkan rasa sakit yang tak tertahankan untuknya...
kondisinya membuat perasaanya hancur... Jalal melepaskan pelukannya dan
mengusap air mata Jodha dengan lembut... dan berkata dengan nada yang lebih
meyakinkan “Jodha... aku akan selalu melindungimu... yang terburuk sudah kita
lalui... aku bersamamu... jangan takut... yakinlah padaku....”
Jodha
berkata sambil terisak “Jalal... aku yakin kau pasti datang untuk
menyelamatkanku dan aku percaya sepenuhnya padamu... dan aku bukannya takut
hanya saja bayangannya masih muncul di benakku... Jalal peluklah aku... peluk
erat aku... dekaplah aku” Jalal mencium kening Jodha dan menariknya ke dalam
pelukannya... dia tahu Jodha ingin merasa dilindungi... karena dia masih belum
benar-benar merasa aman...
Jalal
berbisik “Jodha... aku mencintaimu lebih dari hidupku sendiri... kau akan
selalu aman dalam lindunganku seperti ini... tutuplah matamu dan bayangkan
momen-momen indah kita berdua... ingatlah saat kita pertama bertemu... bagaimana
kita mulai jatuh cinta... saat ciuman pertama kita.”
Jodha
menutup kelopak matanya dan kata-kata Jalal terasa seperti magis...
ketakutannya tersapu bersih dan dia mulai mengingat semua kenangan indah mereka
bersama hingga akhirnya Jodha jatuh
tertidur dengan damai di dalam pelukannya...
Jodha
tertidur dengan damainya namun rasa sakitnya membuat Jalal tetap
terjaga... Dia masih terus membelai
wajahnya untuk menenangkannya... dia duduk di samping Jodha selama tiga jam
sambil terus memandanginya... melihat keadaannya dan merasakan sakitnya, apa
yang terjadi telah benar-benar menggerogoti perasaannya dari dalam... dia
merasa terluka... dia ingin berteriak dan menangis sekeras-kerasnya... dia
merasa bersalah karena tidak berhasil menemukannya lebih cepat dari yang
seharusnya... dia bangkit dan berdiri di samping jendela... memandang bulan yang
bersinar tenang dan indah, kata-katanya terus terngiang di telinganya... ”aku akan mati jika seandainya kau terlambat
datang sedetik saja...” seluruh badannya gemetar membayangkan hal itu... dia
sangat terguncang... pikirannya terus mengulang-ulang kata–kata yang sama
terus-menerus... seandainya dia terlambat... tanpa Jodha hidupnya tak
berarti... dia berbicara pada dirinya sendiri.. ’aku tidak bisa hidup
tanpanya... aku tak berarti tanpa dirinya...’ dia bahkan tanpa sadar mulai
menyenandungkan sebuah lagu dengan melodi yang sangat indah dengan suaranya
yang dalam...
TUM HI HO...Aashiqui 2
Hum tere bin ab reh nahi sakte
Tere bina kya wajood mera
Tujhse juda gar ho jaayenge
Toh khud se hi ho jaayenge judaa
Kyunki tum hi ho, Ab tum hi ho
Zindagi ab tum hi ho
Chain bhi, mera dard bhi
Maeri aashiqui ab tum hi ho
Air
matanya mengalir selama dia bersenandung... hatinya terasa sangat pahit...
penuh dengan rasa sakit yang teramat dalam... sekarang dia merasa lebih baik...
menyanyi memberinya ketenangan...
Tera mera rishta hai kaisa
Ik pal door gawara nahi
Tere liye har roz hai jeete
Tujhko diya mera waqt sabhi
Koi lamha mera na ho tere bina
Har saans pe naam tera
Kyunki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi ab tum hi ho
Chain bhi, mera dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho
Jodha
terjaga dari tidurnya dan mendengar melodi yang disenandungkannya dengan penuh
kesedihan... dia baru menyadari bagaimana dalamnya rasa sakit di hati Jalal
karena keadaannya... dia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu sebelumnya...
Tum hi ho...tum hi ho...
Tere liye hai jiya main
Khud ko jo yun de diya hai
Teri wafa ne mujhko sambhala
Saare ghamon ko dil se nikala
Tere saath mera hai naseeb juda
Tujhe paake adhoora naa raha hmm...
Untuk
menenangkannya... Jodha mendekati Jalal... dia memeluknya dari balik
punggungnya... Jalal membalikkan tubuhnya hingga mereka berhadapan, terlihat
jelas matanya sembab... lalu dia
menyelesaikan bait terakhir lagunya sambil menatapnya dengan sedih...
Kyun ki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi ab tum hi ho...
Chain bhi, mera dard bhi
Meri aashiquiab tum hi ho
Pada
akhirnya air matanya mengalir tak terbendung lagi...
Jodha
menyeka air mata Jalal... dan menangkup wajahnya... lalu dia berkata dengan
lembut “Shahenshah... aku sudah tidak apa-apa sekarang.” Lalu dia berjinjit
untuk mencium kening Jalal.. Jodha mencium kening Jalal lalu turun mengecup
matanya... Setelah mendengar suaranya, Jalal lupa pada semua kesedihannya...
Jalal membuka matanya dan tersenyum tipis... Sambil menatap Jalal, Jodha
mengecup kedua pipinya... dia tersenyum manis pada Jalal... Jodha merasa jengah
ditatap sangat intens seperti itu oleh Jalal... Jodha menempelkan tangannya
menutup kedua mata Jalal lalu dia mengecup bibir bawah Jalal dengan sangat
ringan... Jodha sedikit berjinjit, melingkarkan kedua tangannya di leher
Jalal... dan melanjutkan mengecup bibirnya yang terasa manis... dan akhirnya
perasaan Jalal berubah dan dia terpancing akan sentuhan bibir Jodha... Keduanya
merasa saling membutuhkan... Kedua hati mereka terluka sangat dalam... dalam
sekejap... gairah memercik dalam tubuh mereka... Keduanya saling ingin
memberikan arti satu sama lain... Jalal menghentikan ciuman itu... dia menatap
ke dalam mata Jodha... melihat gairah yang kuat dari bola matanya, Jodha
benar-benar merasa tersipu... Jalal menyentuh rambut Jodha dengan ringan,
membersihkannya dari wajahnya dan membungkuk ke arah Jodha... dan balik mencium
bibirnya dengan lembut...
Akhirnya...
Jalal mendekapnya dan membopongnya.... memandangnya dengan penuh gairah... Lalu
dia membaringkan tubuh Jodha di tempat tidur...
Mereka
berdua terhanyut dalam gairah obsesif yang liar satu sama lain dan menjadi satu
lagi setelah berbulan-bulan... Mereka melupakan semua rasa sakit dan luka atas
apa yang terjadi di beberapa minggu terakhir... Akhirnya Jodha benar-benar
memaafkan Jalal... Keduanya terus bercinta selama berjam-jam hingga tidak ada
lagi energi yang tersisa... Dan akhirnya mereka jatuh kelelahan dalam pelukan
masing-masing dengan penuh kepuasan di wajah mereka... Tidak ada tempat untuk
tangisan, benci dan sakit hati... cinta bersemi di antara mereka... Hari demi
hari cinta mereka semakin dalam dan dalam... lebih banyak masalah yang mereka
hadapi... mereka akan semakin dekat satu sama lain...
~~To
Be Continued~~